Opini  

Mengembalikan Peran Pemuda Generasi Bangsa Ke Jalur Rel Yang Hakiki

Oleh: Lela Nurlela

OPINI * PRIBUMIBANGKIT.COM ]] Beberapa waktu yang lalu tepatnya pada tanggal 28 oktober 2023 diperingati sebagai hari sumpah pemuda bagi bangsa Indonesia. Peringatan ke 95 Hari Sumpah Pemuda mengusung tema “Bersama Majukan Indonesia”. Pertanyaannya, mungkinkah Indonesia maju?!

Dengan melihat fakta kondisi saat ini Indonesia yang demikian terpuruk dalam ekonomi dilihat dari semakin mahalnya bahan-bahan pokok, dalam sosial yang kian maraknya remaja yang terjerumus dalam pergaulan bebas, bunuh diri, terjerat pinjol dan masih banyak lagi seribu masalah yang menimpa kaum muda saat ini.

Sumpah pemuda merefleksikan diri kita bahwa kita siap mengorbankan diri kita untuk kemajuan bangsa ini. Namun sayangnya pemuda saat ini seakan lupa akan fungsinya sebagai perubah peradaban dan sebagai pembela agama dan bangsa.

Melihat fakta pemuda dan generasi saat ini hanya sibuk memikirkan diri sendiri terjerumus ke dalam pergaulan bebas, pesta miras judi online dan lain-lain.

Untuk menjadikan Indonesia maju dan bangkit, kita harus mempersiapkan generasi /pemuda dengan sebaik-baiknya. Kalau kita berkaca pada masa sejarah Nabi Muhammad saw, pada masa itu beliau memiliki sahabat yang lebih muda dari beliau. Ali bin Abi thalib pemeluk agama Islam pertama di kalangan pemuda, beliau memeluk Islam atas keinginannya sendiri ketika berusia 8 tahun. Beliau menyertai Rasulullah saw pada saat bertemu dengan 40 pemuda Quraisy yang merupakan tokoh-tokoh paling berpengaruh di masyarakat saat itu.

Selain Ali ada Ja’far bin Abi thalib yang berani berdiri di hadapan raja Najasyi dari Habasyah untuk mewakili dan membela kaum muslimin, padahal waktu itu ia baru berusia 20 tahun.

Generasi muda merupakan rahasia kekuatan suatu bangsa, tiangnya kebangkitan, kebanggaan dan kemuliaan. Di atas pundak mereka lah masa depan umat terpikul, karena pemuda memiliki keistimewaan tersendiri, baik dari segi keberanian, kecerdasan, semangat maupun dari kekuatan jasmaninya.

Konon para pemuda di negeri ini diarahkan untuk memegang estafet kepemimpinan. Ironisnya, sistem pendidikan saat ini tidak diarahkan untuk menjadikan para pemuda ini ahli di bidangnya. Melalui program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) juga telah mengkerdilkan para lulusan kampus yang seharusnya menjadi SDM berkualitas tinggi menjadi sekedar pengisi dunia kerja. Hal ini membentuk mindset para siswa dan mahasiswa bahwa tujuan sekolah adalah untuk mendapatkan pekerjaan.

Akibatnya para siswa dan mahasiswa pun tumbuh menjadi orang-orang yang orientasinya materi. Sulitnya mencari pekerjaan dalam sistem saat ini juga egois dan individualis, hanya memikirkan diri sendiri dan tidak peduli pada kondisi masyarakat.

Liberalisasi ekonomi dengan pembukaan impor seluas-luasnya oleh negara juga telah menciptakan arus barang yang sangat deras masuk ke Indonesia. Setiap harinya, para pemuda dijejali dengan tawaran produk yang silih berganti hingga mengaburkan antara kebutuhan dan keinginan. Para pemuda menjadi konsumtif, sehingga berapapun uang yang mereka punya tidak akan cukup untuk membiayai gaya hidupnya.

Jalan instan untuk membeli gaya hidup pun akhirnya banyak ditempuh misalnya melalui pinjol atau paylater. Prostitusi juga menjadi pilihan mereka yang ingin bergaya hidup tinggi. Tidak sedikit perempuan muda yang terjerumus dalam prostitusi online demi bisa membeli gaya hidup semata.

Di sisi lain, para remaja yang tidak mampu memenuhi gaya hidup, terkucilkan dalam pergaulan dan mengalami perundungan. Akibatnya merek merasa tertekan, bahkan berani melakukan self-harm (menyakiti diri sendiri. Menyayat pergelangan tangan misalnya, atau bahkan sampai bunuh diri seperti yang marak akhir-akhir ini.

Kondisi buruk ini harus disadari oleh para pemuda. Sebagaimana dahulu para pemuda Makkah menyadari kerusakan sistem jahiliyah yang diterapkan kafir Quraisy kala itu. Era sekarang, para pemuda juga harus sadar bahwa negeri ini tidak sedang menuju kemajuan, melainkan menuju jurang kerusakan. Para pemuda tidak sedang dididik untuk menjadi insan cerdas bertakwa, melainkan dirusak agar dijauhkan dari perannya sebagai perubah peradaban.

Oleh sebab itu, para pemuda butuh adanya perubahan dari kondisi rusak yang ada menuju perubahan yang hakiki hingga terwujud kemuliaan umat.

Perubahan hakiki itu akan terwujud ketika Islam dijadikan sebuah sistem aturan dalam seluruh aspek kehidupan.

Misalnya, sistem pendidikan Islam akan akan mewujudkan insan yang berkepribadian Islam dan pakar dalam iptek, dengan sistem ekonomi Islam pula, dalam sistem ini seluruh rakyat akan hidup sejahtera bukan hanya pihak tertentu. Begitu pula dengan sistem politik pemerintahan Islam akan membebaskan umat dari penjajahan baik secara militer maupun non militer.

Wallahu A’lam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *